Botani Apel
Tanaman
apel termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas
Dicotyledonae, ordo Rosales, famili Rosaceae, genus Malus, dan spesies Malus
sylvestris Mill. Malus sylvestris Mill mempunyai bermacammacam kultivar
yang memiliki kekhasan tersendiri. Beberapa kultivar apel unggulan di Indonesia
yaitu Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble, dan Wanglin/Lali jiwo
Syarat Tumbuh
Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang
bersolum dalam, mempunyai lapisan bahan organik tinggi, struktur tanahnya remah
dan gembur, serta mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas yang baik
sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara, dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.
Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol, dan Regosol. Derajat keasaman tanah
(pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7. Tanaman apel membutuhkan
kandungan air tanah yang cukup untuk tumbuh. Kelerengan yang
terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan
dibuat terasering maka tanah masih layak untuk ditanami
Curah hujan yang ideal untuk tanaman apel
adalah 1.500-2.500 mm/tahun dengan
hari hujan 110-150 hari/tahun. Banyaknya bulan basah dalam setahun adalah 6-7
bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan
menyebabkan bunga gugur sehingga diperlukan cuaca cerah saat pembungaan Tanaman
apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60 % setiap harinya,
terutama pada saat pembungaan. Suhu yang dibutuhkan antara 16-270C,
kelembaban udara sekitar 75-85 %. Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik di
daerah tropika pada ketinggian 1.000-1.250 m dari permukaan laut (dpl)
Budidaya Apel
Kegiatan budidaya apel secara umum meliputi pembibitan,
penanaman,perompesan daun, pemangkasan cabang, pelengkungan cabang, pemupukan, penjarangan
buah, pengendalian Hama dan Penyakit, panen, dan pasca panen
a.
Pembibitan
Kemampuan memilih bibit yang baik merupakan langkah
awal keberhasilan bertanam apel. Bibit yang
unggul mempunyai ciri-ciri batangnya lurus,
daunnya terlihat segar, dan tidak mudah rontok.
b.
Penanaman
Penanaman apel dapat dilakukan baik pada
musim penghujan maupun musim kemarau (di sawah). Karena pada umumnya tanaman
apel banyak ditanam di tanh tegal, maka dianjurkan untuk melakukan penanaman
pada musim penghujan.
Dimusim kemarau, tanah diolah dengan cara
mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa tanaman yang masih
tertinggal. Sebelum dibuat lubang tanam, pada lahan tersebut dipasang ajir
untuk mengatur jarak tanah (segi tiga atau segi empat).
Setelah tanah bagian bawah dimasukkan
dalam lubang, bibit okulasi/grafting
dapat ditanam pada lubang sambil diatur perakarannya sehingga menyebar, setelah
itu tanah bagian atas dimasukkan dalam lubang tanam sampai sebatas akar. Untuk
menahan angin, bibit dapat diikatkan pada ajir dengan ikatan yang agak longgar.
c.
Perompesan
Daun
Perompesan daun dilakukan untuk mematahkan
masa dorman di daerah beriklim sedang. Cara ini dapat menstimulasi membukanya
kuncup terminal dan lateral, kemudian diikuti dengan pembungaan sekitar satu
bulan berikutnya.
d.
Pemangkasan
Cabang
Pemangkasan pada apel menurut tujuannya dibagi menjadi
pemangkasan bentuk pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan produksi.Fungsi
pemangkasan pada tanaman apel adalah
1.
Memudahkan
pemeliharaan karena tanaman berbentuk perdu
2.
Mendapatkan
sinar matahari yang lebih banyak dan merata
3.
Mempercepat
berbuah karena adanya penekanan pertumbuhan vegetative
4.
Membentuk
cabang yang efisien, karena buah berasal dari tunas-tunas lateral
5.
Menjaga
keseimbangan antara akar dan bagian atas
6.
Menjamin
stabilitas hasil dari musi ke musim
e.
Pelengkungan
Cabang
Setelah
dirompes dilakukan pelengkungan cabang untuk meratakan tunas lateral dengan
cara menarik ujung cabang dengan tali dan diikatkan ke bawah. Tunas lateral
yang rata akan memacu pertumbuhan tunas yang berarti memacu terbentuknya buah.
f.
Pemupukan
Umumnya pupuk
diberikan setelah daun dirontokkan, muncul
bunga baru, atau setelah pemangkasan cabang yang sakit
atau rusak. Agar buah berasa lebih manis diberikan pupuk NPK berkadar K tinggi dan pengapuran
dolomit CaMg(CO3)2.K tinggi diberikan saat tanaman disuburkan,sebelum dipangkas
untuk berbunga.Selain itu, bisa menggunakan pupuk NPK seimbang dan pengapuran
kalsit CaCO3.Teknik pemupukan K tinggi memang berperan meningkatkan kualitas
buah.Kalium berperan sebagai katalisator enzim dalam pembentukan gula dari
amilum.Kalium juga berperan mempertebal dinding sel sehingga tanaman lebih
tegar dan kokoh.Pengapuran dolomit CaMg(CO3)2 dapat memaniskan buah karena
kapur dolomit mengandung Mg.Magnesium itu satu-satunya mineral penyusun
klorofil,(tidak ditemukan pada kalsit).Dengan
penambahan magnesium akan membuat daun lebih hijau.Secara tidak langsung
menyebabkan proses pembentukan gula menjadi lebih optimal dibandingkan tanaman
yang kekurangan magnesium
g.
Penjarangan Buah
Penjarangan buah dilakukan untuk meningkatkan kualitas
buah agar besarnya seragam, kulit baik, dan sehat. Penjarangan dilakukan dengan
membuang buah yang tidak normal (terserang hama penyakit atau kecil-kecil), sehingga
untuk mendapatkan buah yang baik, satu tunas hendaknya berisi 3-5 buah.
h.
Pengendalian
Hama dan Penyakit
Hama
1)
Kutu hijau (Aphis pomi
Geer)
Ciri: kutu dewasa berwarna hijau kekuningan, antena pendek, panjang tubuh 1,8
mm, ada yang bersayap ada pula yang tidak; panjang sayap 1,7 mm berwarna hitam;
perkembangbiakan sangat cepat, telur dapat menetas dalam 3-4 hari. Gejala: (1)
nimfa maupun kutu dewasa menyerang dengan mengisap cairan selsel
daun secara berkelompok dipermukaan daun muda, terutama ujung tunas muda,
tangkai cabang, bunga, dan buah; (2) kutu menghasilkan embun madu yang akan
melapisi permukaan daun dan merangsang tumbuhnya jamur hitam (embun jelaga);
daun berubah bentuk, mengkerut, leriting, terlambat berbunga, buah-buah muda
gugur,jika tidak mutu buahpun jelek. Pengendalian: (1) sanitasi kebun dan
pengaturan jarak tanam (jangan terlalu rapat); (2) dengan musuh alami
coccinellidae lycosa; (3) dengan penyemprotan Supracide 40 EC (ba Metidation)
dosis 2 cc/liter air atau 1-1,6 liter; (4) Supracide 40 EC dalam 500-800
liter/ha air dengan interval penyemprotan 2 minggu sekali; (5) Convidor 200 SL
(b.a. Imidakloprid) dosis 0,125-0,250 cc/liter air; (6) Convidor 200 SL dalam
600 liter/h air dengan interval penyemprotan 10 hari sekali (7) Convidor ini
dapat mematikan sampai telur-telurnya; cara penyemprotan dari atas ke bawah.
Penyemprotan dilakukan 1-2 minggu sebelum pembungaan dan dilanjutkan 1-1,5
bulan setelah
bunga mekar sampai 15 hari sebelum panen.
2) Tungau, Spinder mite, cambuk merah (panonychus Ulmi)
Ciri: berwarna merah tua, dan panjang 0,6 mm. Gejala: (1) tungau menyerang daun
dengan menghisap cairan sel-sel daun; (2) pada serangan hebat menimbulkan
bercak kuning, buram, cokelat, dan mengering; (3) pada buah menyebabkan bercak
keperak-perakan atau coklat. Pengendalian: (1) dengan musah alami coccinellidae
dan lycosa; (2) penyemprotan Akarisida Omite 570 EC sebanyak 2 cc/liter air
atau 1 liter Akarisida Omite 570 EC dalam 500 liter air per hektar dengan
interval 2 minggu.
3) Trips
Ciri: berukuran kecil dengan panjang 1mm; nimfa berwarna putih
kekuningkuningan; dewasa berwarna cokelat kehitam-hitaman; bergerak cepat dan
bila tersentuh akan segera terbang menghindar. Gejala: (1) menjerang daun,
kuncup/tunas, dan buah yang masih sangat muda; (2) pada daun terlihat
berbintikbintik
putih, kedua sisi daun menggulung ke atas dan pertumbuhan tidak normal; (3)
daun pada ujung tunas mengering dan gugur (4) pada daun meninggalkan bekas luka
berwarna coklat abu-abu. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang
telur-telur pada daun dan menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidk
terlalu rapat; (2) penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a.
Methomyl) dengan dosis 2 cc/liter air atau Lebaycid 550 EC (b.a. Fention)
dengan dosis 2 cc/liter air pada sat tanaman sedang bertunas, berbunga, dan
pembentukan buah.
4) Ulat daun (Spodoptera litura)
Ciri: larva berwarna hijau dengan garis-garis abu-abu memanjang dari abdomen sampai
kepala.pada lateral larva terdapat bercak hitam berbentuk lingkaran atau
setengah lingkaran, meletakkan telur secara berkelompok dan ditutupi dengan
rambut halus berwarna coklat muda. Gejala: menyerang daun, mengakibatkan
lubang-lubang tidak teratur hingga tulang-tulang daun. Pengendalian: (1) secara
mekanis dengan membuang telur-telur pada daun; (2) penyemprotan dengan
penyemprotan seperti Tamaron 200 LC (b.a Metamidofos) dan Nuvacron 20 SCW (b.a.
Monocrotofos).
5) Serangga penghisap daun (Helopelthis Sp)
Ciri: Helopelthis Theivora dengan abdomen warna hitam dan merah, sedang
HelopelthisAntonii dengan abdomen warna merah dan putih. Serabgga berukuran
kecil. Penjang nimfa yang baru menetas 1mm dan panjang serangga dewasa 6-8mm.
Pada bagian thoraknya terdapat benjolan yang menyerupai jarum. Gejala :
menyerang pada pagi, sore atau pada saat keadaan berawan; menyerang daun muda,
tunas dan buah buah dengan cara menhisap cairan sel; daun yang terserang
menjadi coklat dan perkembanganya tidak simetris; tunas yang terserang menjadi
coklat, kering dan akhirnya mati; serangan pada buah
menyebabkan buah menjadibercak-bercak coklat, nekrose, dan apabila buah
membesar, bagian bercak ini pecah yang menyebebkan kualitas buah menurun.
Pengendalian : (1) secara mekanis dengan cara pengerondongan atap
plastik/pembelongsongan buah. (2) Penyemprotan dengan insektisida seperti
Lannate 25 WP (b.a. Metomyl), Baycarb 500 EC (b.a. BPMC), yang dilakukan pada
sore atau pagi hari.
6) Ulat daun hitam (Dasychira Inclusa Walker)
Ciri: Larva mempunyai dua jambul dekat kepala berwarna hitam yang mengarah
kearah samping kepala. Pada bagian badan terdapat empat jambul yang merupakan
keumpulan seta berwarna coklat kehitam-hitaman. Disepanjang kedua sisi tubuh
terdapat rambut berwarna ab-abu. Panjang larva 50 mm. Gejala : menyerang daun
tua dan muda; tanaman yang terserang tinggal tulang daundaunnya dengan
kerusakan 30%; pada siang hari larva bersembunyi di balik daun. Pengendalian:
(1) secara mekanis dengan membuang telur-telur yang biasanya diletakkan pada
daun; (2) penyemprotan insektisida seperti : Nuvacron 20 SCW (b.a.
Monocrotofos) dan Matador 25 EC.
7) Lalat buah (Rhagoletis Pomonella)
Ciri: larva tidak berkaki, setelah menetas dari telur (10 hari) dapat segera
memakan daging buah. Warna lalat hitam, kaki kekuningan dan meletakkan telur
pada buah. Gejala: bentuk buah menjadi jelek, terlihat benjol-benjol.
Pengendalian: (1) penyemprotan insektisida kontak seperti Lebacyd 550 EC; (2)
membuat perangkat lalat jantan dengan menggunakan Methyl eugenol sebanyak 0,1
cc ditetesan pad kapas yang sudah ditetesi insektisida 2 cc. Kapas
tersebutkapas tersebut dimasukkan ke botol plastik (bekas air mineral) yang
digantungkan ketinggian 2 meter. Karena aroma yang mirip bau-bau yang
dikeluarkan betina, maka jantan tertarik dan menhisap kapas.
Penyakit
1) Penyakit embun tepung (Powdery Mildew)
Penyebab : Padosphaera leucotich Salm. Dengan stadia imperfeknya adalah oidium
Sp. Gejala: (1) pada daun atas tampak putih, tunas tidak normal, kerdil dan
tidak berbuah; (2) pada buah berwarna coklat, berkutil coklat. Pengendalian:
(1) memotong tunas atau bagian yang sakit dan dibakar; (2) dengan menyemprotka
fungisida Nimrod 250 EC 2,5-5 cc/10 liter air (500liter/Ha) atau Afugan 300 EC
0,5-1 cc/liter air (pencegahan) dan 1-1,5 cc/liter air setelah perompesan
sampai tunas berumur 4-5 minggu dengan interval 5-7 hari.
2) Penyakit bercak daun (Marssonina coronaria J.J. Davis)
Gejala : pada daun umur 4-6 minggu setelah perompesan terlihat bercak putih
tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari
daun tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur. Pengendalian: (1) jarak tanam
tidak terlalu rapat, bagian yang terserang dibuang dan dibakar; (2) disemprot
fungisida Agrisan 60 WP 2 gram/liter air, dosis 1000-2000 gram/ha sejak 10 hari
setelah rompes dengan interval 1 minggu sebanyak 10 aplikasi atau Delseme MX
200 2 gram/liter air, Henlate 0,5 gram/liter air sejak umur 4 hari setelah
rompes dengan interval 7 hari hingga 4 minggu.
3) Jamur upas (Cortisium salmonicolor Berk et Br)
Pengendalian: mengurangi kelembapan kebun, menghilangkan bagian tanaman yang
sakit.
4) Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.)
Gejala : menyerang batang/cabang (busuk, warna coklat kehitaman, terkadang
mengeluarkan cairan), dan buah (becak kecil warna cokelat muda, busuk,
mengelembung, berair dan warna buah pucat. Pengendalian : (1) tidak memanen
buah terlalu masak; (2) mengurangi kelembapan kebun; (3) membuang bagian yang
sakit; (4) pengerokkan batang yang sakit lalu diolesi fungisida Difolatan 4 F
100 cc/10 liter air atau Copper sandoz; (5) disemprot Benomyl 0,5 gram/liter
air, Antracol 70 WP 2 gram/literair.
5)Busukbuah (Gloeosporium Sp.)
Gejala: bercak kecil cokelat dan bintik-bintik hitam berubah menjadi orange.
Pengendalian : tidak memetik buah terlalu masak dan pencelupan dengan Benomyl
0,5 gram/liter air untuk mencegah penyakit pada penyimpanan.
6) Busuk akar (Armilliaria Melea)
Gejala : menjerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layu
daun, gugur, dan kulit akar membusuk. Pengendalian: dengan eradifikasi, yaitu
membongkar/mencabut tanaman yang terserang beserta akar-akarnya, bekas lubang
tidak ditanami minimal 1 tahun.
i.
Panen
Pemanenan apel dilakukan dengan cara memetik buah
secara manual dengan tangan. Periode panen apel adalah enam bulan sekali
berdasarkan siklus pemeliharaan yang telah dilakukan.
j.
Pasca Panen
Apel yang sudah dipanen dikumpulkan pada tempat yang
teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang
untuk mempertahankan kualitas. Buah yang akan dikirim dikemas untuk menghindari
kerusakan.Pengemasan biasanya menggunakan kotak kardus dengan ukuran 48 cm x 33
cm x 37 cm, yang dapat menampung 35 kg apel. Dasar kotak kardus diberi
potongan-potongan kertas untuk menghindari risiko terkena benturan.Sebelum
kotak ditutup, di atas susunan buah apel diberi potongan-potongan kertas lagi.
Buah yang dikemas dalam satu kotak besarnya harus seragam agar mudah menyusunnya.
Lapisan buah pertama diatur pada bagian lebar kotak 3-3, 3-3 buah atau berselang
3-2 buah sampai susunan memenuhi panjang kotak.
Demikian pula lapisan kedua di atasnya mengisi
ruang-ruang di antara buah dari lapisan pertama. Bila tiap-tiap buah diberi
sela/ruangan disebut susunan terbuka, dan bila agak rapat disebut susunan
tertutup. Susunan terbuka lebih baik untuk sirkulasi udara di antara tiap-tiap
buah
sumber:
Soelarso,Bambang.2002.Budidaya Apel.Kanisius:Yogyakarta
www.warintek.ristek.go.id/pertanian/apel.pdf