my cat


Sabtu, 20 April 2013

Okra,si Penumpas Berbagai Penyakit


Tananam Okra (Abelmoschus esculentus) aslinya berasal dari Afrika Barat dan sudah sangat dikenal di berbagai negara di dunia. Di Indonesia, tanaman Okra masih sangat asing di telinga kita. Tanaman Okra dapat tumbuh subur di negara tropikal, sub-tropikal dan negara dengan suhu udara yang panas.Di Inggris okra disebut Lady Finger
Sekilas okra serupa dengan oyong, namun buah okra hanya memiliki panjang sekitar 12 cm. Jika dipotong akan terlihat biji-biji kecil dikelilingnya dan buahnya sedikit berlendir. Buah ini memiliki bentuk dengan segi pada kulitnya sebanyak 5 – 8 yang serupa seperti buah belimbing.

KAYA PROTEIN DAN SERAT

Kandungan minyak pada biji okra dapat mencapai 40%. Minyak biji okra kaya akan asam lemak tak jenuh seperti asam oleat dan asam linoleat. Buah okra mengandung protein cukup tinggi, yaitu 3,9% dan lemak 2,05%. Energi di dalam 100 gram buah okra 40 kkal. Mineral di dalam buah okra adalah kalium (6,68%) dan fosfor ( 0,77%). Okra termasuk sayuran hijau yang kaya serat pangan. Selain serat, okra juga mengandung glutation. Serat sangat penting bagi tubuh karena dapat mencegah konstipasi ( susah buang air besar ), obesitas, hiperkolesterolemia          ( kolesterol tinggi ), diabetes ( kencing manis), dan kanker kolon ( usus besar). Serat pangan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu serat larut ( soluble dietary fibre ) dan serat tidak larut ( insoluble dietary fibre ). Serat larut air ( SDF) mempunyai kemampuan hipokolesterolemik atau menurunkan kadar kolesterol darah. Mekanismenya yaitu, kemampuan menahan reabsorpsi garam empedu dari usus ke dalam darah, sehingga garam empedu banyak yang diekskresi.
Garam empedu disintetis dari kolesterol darah oleh hati. Terbuangnya garam empedu akan menurunkan kolesterol  darah. Serat tidak larut (IDF) berperan utama mencegah perkembangan kanker kolon. IDF akan meningkatkan volume feses, sehingga mengencerkan konsentrasi senyawa karsinogen. Kondisi ini akan menurunkan kesempatan senyawa karsinogen berinteraksi dengan dinding usus, sehingga dapat menurunkan resiko kanker.
IDF juga menurunkan waktu transit feses di usus, sehingga dapat memperlancar buang air besar. Fermentasi serat oleh bakteri usus yang menguntungkan ( bakteri asam laktat) akan menurunkan pH di usus besar, sehingga dapat menekan perkembangan kanker kolon.

ANTIOKSIDAN DAN ANTIKANKER
Warna hijau pada sayuran, termasuk okra, disebabkan adanya pigmen klorofil. Klorofil memiliki sejuta manfaat karena bersifat antiradang, antimutagenik, antikanker, dan antioksidan. Sebagian antimutagenik dan antikanker, klorofil dapat mencegah kanker hati dan kanker kolon.
Sebagai antioksidan, klorofil dapat mencegah oksidasi kolesterol jahat oleh radikal bebas, sehingga pembentukan plak pada pembuluh darah ( aterosklerosis) dapat dicegah.
Klorofil juga dapat menyembuhkan luka tanpa disertai pembengkakan.
SEBAGAI OBAT DIABETES

Buah Okra disamping dapat dimasak sebagai santapan sayuran ternyata juga sangat bermanfaat sebagai obat. Karena buah Okra kaya dengan serat, sehingga Okra sangat baik untuk penderita diabetes karena bisa menurunkan kadar gula darah dan kolesterol. Buah Okra sudah mulai banyak dikenal di Indonesia karena dikenal dapat menstabilkan kadar gula darah bagi penderita diabetes.
Cara menracik Okra untuk mengobati diabetes sbb:
1.Pilih atau belilah Okra yang agak muda.
2. Siapkan 1 buah Okra (jika terlalu kecil bisa gunakan 2 Okra). Okranya dirajang halus atau dipotong-potong seperti gambar dibawah ini.
3. Rendam dengan segelas air nimum, ditutup dan dibiarkan satu malam.
4. Minumlah pada pagi hari sebelum sarapan atau dalam kondisi perut kosong.
5. Lalukan setiap hari selama 2 – 3 bulan.
Catatan:
  1. Air rendaman Okra akan seperti lendir (putih telur), gunakan saringan kasar untuk menyaring air rendamannya.
  2. Ampasnya bisa Anda rendam kembali dengan segelas air minum dan rendamannya bisa Anda minum sore harinya.
  3. Air rendaman (lendir Okra) tidak berbau dan tidak ada rasa apapun.
  4. Rasa Okra seperti mentimun tapi agak sepet dan boleh dimakan jika anda menyukainya sebagai lalap.
  5. Periksalah kadar gula Anda setiap pagi selama Anda minum air Okra ini untuk mengetahui apakah membawa manfaat bagi Anda atau tidak.
Herbalis di Jakarta Utara, Maria Margaretha Andjarwati, meresepkan okra untuk panas dalam. Bahkan, ia sendiri memetik khasiatnya ketika mengalami panas dalam seperti sariawan dan bibir pecah-pecah. Ia merebus 5-6 buah okra, satu siung bawang putih plus sedikit garam ke dalam 2 gelas air hingga mendidih. Ia meminum rebusan air okra sehari 2 kali. Hasilnya, pada hari ketiga panas dalam yang ia rasakan hilang. Lukas Tersono Adi, herbalis di Bintaro, memanfaatkan okra untuk rematik. Bagi penderita diabetes, okra bisa digunakan sebagai sayuran. (sumber: artikel terproteksi khusus untuk member di  trubus-online.co.id yang boleh di-share dengan menyebut sumbernya)
Resep masakan okra
Tumis okra
Untuk 4 porsi
Bahan:

(waktu persiapan: 10 menit)
400 g okra
1 sdm minyak zaitun
50 g bawang bombai, cincang
425 ml tomat puree
1 sdm saus chilli
1 sdt gula pasir
¼ sdt thyme
¼ sdt garam
1sdm basil segar, iris kasar
Cara membuat:
(waktu memasak: 15 menit)
  • Buang bagian pangkal okra, lalu potong melintang 3 cm.
  • Panaskan minyak zaitun, tumis bawang bombai sampai transparan. Masukkan tomat puree, saus chilli, gula pasir, thyme, dan garam Masak selama 2 menit.
  • Masukkan okra dan basil segar, masak sebentar sampai okra mulai matang. Segera angkat, dan sajikan.
Ayam Masak Okra
Bahan
  • 150 g daging ayam, cincang kasar
  • 150 ml air
  • 30 g bawang Bombay, cincang halus
  • 6 buah okra, bersihkan, potong 1 cm
  • 2 sdm minyak sayur
  • 1 siung bawang putih, memarkan
  • 1 sdm selai kacang
  • 1 sdm kecap manis
  • 1 sdt garam
  • 1 butir telur ayam, 
  • 1/2 sdt merica hitam, memarkan halus
  • 1/2 sdt cabai merah bubuk
Cara membuat:
  1. Tumis bawang Bombay dan bawang putih hingga layu dan wangi.
  2. Masukkan daging ayam, aduk hingga kaku.
  3. Masukkan bumbu dan air, didihkan hingga air berkurang.
  4. Tuangkan telur kocok, aduk hingga bergumpal dan kering.
  5. Tambahkan okra, aduk hingga layu.
  6. Angkat, sajikan hangat.
Keterangan:
Untuk 4 orang
TIP DAPUR :
  • Okra paling cocok diolah dengan cara ditumis, untuk campuran gumbo, atau sup. Sebaiknya, jangan terlalu lama memasak okra, sebab akan keluar lendirnya.
  • Pilih okra yang masih muda (kalau ditekan dengan ujung kuku mudah tercabik). Okra yang tua lebih keras dan alot saat dikunyah.

TIP SEHAT:
  • Merupakan sumber andalah vitamin C dan magnesium.
  • Okra mengandung dua jenis serat alami, yaitu serat yang terlarut dan serat alami yang tidak terlarut




Budidaya Apel


Botani Apel
Tanaman apel termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Rosales, famili Rosaceae, genus Malus, dan spesies Malus sylvestris Mill. Malus sylvestris Mill mempunyai bermacammacam kultivar yang memiliki kekhasan tersendiri. Beberapa kultivar apel unggulan di Indonesia yaitu Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble, dan Wanglin/Lali jiwo
Syarat Tumbuh

Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyai lapisan bahan organik tinggi, struktur tanahnya remah dan gembur, serta mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas yang baik sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara, dan kemampuan menyimpanan airnya optimal. Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol, dan Regosol. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7. Tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup untuk tumbuh. Kelerengan yang
terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak untuk ditanami
Curah hujan yang ideal untuk tanaman apel adalah 1.500-2.500 mm/tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun. Banyaknya bulan basah dalam setahun adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga diperlukan cuaca cerah saat pembungaan Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60 % setiap harinya, terutama pada saat pembungaan. Suhu yang dibutuhkan antara 16-270C, kelembaban udara sekitar 75-85 %. Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah tropika pada ketinggian 1.000-1.250 m dari permukaan laut (dpl)

Budidaya Apel

Kegiatan budidaya apel secara umum meliputi pembibitan, penanaman,perompesan daun, pemangkasan cabang, pelengkungan cabang, pemupukan, penjarangan buah, pengendalian Hama dan Penyakit, panen, dan pasca panen
a.       Pembibitan
Kemampuan memilih bibit yang baik merupakan langkah awal keberhasilan bertanam apel. Bibit yang unggul mempunyai ciri-ciri batangnya lurus, daunnya terlihat segar, dan tidak mudah rontok.
b.      Penanaman
Penanaman apel dapat dilakukan baik pada musim penghujan maupun musim kemarau (di sawah). Karena pada umumnya tanaman apel banyak ditanam di tanh tegal, maka dianjurkan untuk melakukan penanaman pada musim penghujan.
Dimusim kemarau, tanah diolah dengan cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa tanaman yang masih tertinggal. Sebelum dibuat lubang tanam, pada lahan tersebut dipasang ajir untuk mengatur jarak tanah (segi tiga atau segi empat).
Setelah tanah bagian bawah dimasukkan dalam lubang, bibit okulasi/grafting dapat ditanam pada lubang sambil diatur perakarannya sehingga menyebar, setelah itu tanah bagian atas dimasukkan dalam lubang tanam sampai sebatas akar. Untuk menahan angin, bibit dapat diikatkan pada ajir dengan ikatan yang agak longgar.
c.       Perompesan Daun
Perompesan daun dilakukan untuk mematahkan masa dorman di daerah beriklim sedang. Cara ini dapat menstimulasi membukanya kuncup terminal dan lateral, kemudian diikuti dengan pembungaan sekitar satu bulan berikutnya.
d.      Pemangkasan Cabang
Pemangkasan pada apel menurut tujuannya dibagi menjadi pemangkasan bentuk pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan produksi.Fungsi pemangkasan pada tanaman apel adalah
1.      Memudahkan pemeliharaan karena tanaman berbentuk perdu
2.      Mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak dan merata
3.      Mempercepat berbuah karena adanya penekanan pertumbuhan vegetative
4.      Membentuk cabang yang efisien, karena buah berasal dari tunas-tunas lateral
5.      Menjaga keseimbangan antara akar dan bagian atas
6.      Menjamin stabilitas hasil dari musi ke musim
e.       Pelengkungan Cabang
Setelah dirompes dilakukan pelengkungan cabang untuk meratakan tunas lateral dengan cara menarik ujung cabang dengan tali dan diikatkan ke bawah. Tunas lateral yang rata akan memacu pertumbuhan tunas yang berarti memacu terbentuknya buah.
f.       Pemupukan
Umumnya  pupuk diberikan setelah daun dirontokkan, muncul bunga baru, atau setelah pemangkasan cabang yang sakit atau rusak. Agar buah berasa lebih manis diberikan  pupuk NPK berkadar K tinggi dan pengapuran dolomit CaMg(CO3)2.K tinggi diberikan saat tanaman disuburkan,sebelum dipangkas untuk berbunga.Selain itu, bisa menggunakan pupuk NPK seimbang dan pengapuran kalsit CaCO3.Teknik pemupukan K tinggi memang berperan meningkatkan kualitas buah.Kalium berperan sebagai katalisator enzim dalam pembentukan gula dari amilum.Kalium juga berperan mempertebal dinding sel sehingga tanaman lebih tegar dan kokoh.Pengapuran dolomit CaMg(CO3)2 dapat memaniskan buah karena kapur dolomit mengandung Mg.Magnesium itu satu-satunya mineral penyusun klorofil,(tidak ditemukan pada kalsit).Dengan penambahan magnesium akan membuat daun lebih hijau.Secara tidak langsung menyebabkan proses pembentukan gula menjadi lebih optimal dibandingkan tanaman yang kekurangan magnesium
g.       Penjarangan Buah
Penjarangan buah dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah agar besarnya seragam, kulit baik, dan sehat. Penjarangan dilakukan dengan membuang buah yang tidak normal (terserang hama penyakit atau kecil-kecil), sehingga untuk mendapatkan buah yang baik, satu tunas hendaknya berisi 3-5 buah.
h.      Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama
1)      Kutu hijau (Aphis pomi Geer)
Ciri: kutu dewasa berwarna hijau kekuningan, antena pendek, panjang tubuh 1,8 mm, ada yang bersayap ada pula yang tidak; panjang sayap 1,7 mm berwarna hitam; perkembangbiakan sangat cepat, telur dapat menetas dalam 3-4 hari. Gejala: (1) nimfa maupun kutu dewasa menyerang dengan mengisap cairan selsel
daun secara berkelompok dipermukaan daun muda, terutama ujung tunas muda, tangkai cabang, bunga, dan buah; (2) kutu menghasilkan embun madu yang akan melapisi permukaan daun dan merangsang tumbuhnya jamur hitam (embun jelaga); daun berubah bentuk, mengkerut, leriting, terlambat berbunga, buah-buah muda gugur,jika tidak mutu buahpun jelek. Pengendalian: (1) sanitasi kebun dan pengaturan jarak tanam (jangan terlalu rapat); (2) dengan musuh alami coccinellidae lycosa; (3) dengan penyemprotan Supracide 40 EC (ba Metidation) dosis 2 cc/liter air atau 1-1,6 liter; (4) Supracide 40 EC dalam 500-800 liter/ha air dengan interval penyemprotan 2 minggu sekali; (5) Convidor 200 SL (b.a. Imidakloprid) dosis 0,125-0,250 cc/liter air; (6) Convidor 200 SL dalam 600 liter/h air dengan interval penyemprotan 10 hari sekali (7) Convidor ini dapat mematikan sampai telur-telurnya; cara penyemprotan dari atas ke bawah. Penyemprotan dilakukan 1-2 minggu sebelum pembungaan dan dilanjutkan 1-1,5 bulan setelah
bunga mekar sampai 15 hari sebelum panen.
2) Tungau, Spinder mite, cambuk merah (panonychus Ulmi)
Ciri: berwarna merah tua, dan panjang 0,6 mm. Gejala: (1) tungau menyerang daun dengan menghisap cairan sel-sel daun; (2) pada serangan hebat menimbulkan bercak kuning, buram, cokelat, dan mengering; (3) pada buah menyebabkan bercak keperak-perakan atau coklat. Pengendalian: (1) dengan musah alami coccinellidae dan lycosa; (2) penyemprotan Akarisida Omite 570 EC sebanyak 2 cc/liter air atau 1 liter Akarisida Omite 570 EC dalam 500 liter air per hektar dengan interval 2 minggu.
3) Trips
Ciri: berukuran kecil dengan panjang 1mm; nimfa berwarna putih kekuningkuningan; dewasa berwarna cokelat kehitam-hitaman; bergerak cepat dan bila tersentuh akan segera terbang menghindar. Gejala: (1) menjerang daun, kuncup/tunas, dan buah yang masih sangat muda; (2) pada daun terlihat berbintikbintik
putih, kedua sisi daun menggulung ke atas dan pertumbuhan tidak normal; (3) daun pada ujung tunas mengering dan gugur (4) pada daun meninggalkan bekas luka berwarna coklat abu-abu. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun dan menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidk
terlalu rapat; (2) penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a. Methomyl) dengan dosis 2 cc/liter air atau Lebaycid 550 EC (b.a. Fention) dengan dosis 2 cc/liter air pada sat tanaman sedang bertunas, berbunga, dan pembentukan buah.
4) Ulat daun (Spodoptera litura)
Ciri: larva berwarna hijau dengan garis-garis abu-abu memanjang dari abdomen sampai kepala.pada lateral larva terdapat bercak hitam berbentuk lingkaran atau setengah lingkaran, meletakkan telur secara berkelompok dan ditutupi dengan rambut halus berwarna coklat muda. Gejala: menyerang daun, mengakibatkan lubang-lubang tidak teratur hingga tulang-tulang daun. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun; (2) penyemprotan dengan penyemprotan seperti Tamaron 200 LC (b.a Metamidofos) dan Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos).
5) Serangga penghisap daun (Helopelthis Sp)
Ciri: Helopelthis Theivora dengan abdomen warna hitam dan merah, sedang HelopelthisAntonii dengan abdomen warna merah dan putih. Serabgga berukuran kecil. Penjang nimfa yang baru menetas 1mm dan panjang serangga dewasa 6-8mm. Pada bagian thoraknya terdapat benjolan yang menyerupai jarum. Gejala : menyerang pada pagi, sore atau pada saat keadaan berawan; menyerang daun muda, tunas dan buah buah dengan cara menhisap cairan sel; daun yang terserang menjadi coklat dan perkembanganya tidak simetris; tunas yang terserang menjadi coklat, kering dan akhirnya mati; serangan pada buah
menyebabkan buah menjadibercak-bercak coklat, nekrose, dan apabila buah membesar, bagian bercak ini pecah yang menyebebkan kualitas buah menurun. Pengendalian : (1) secara mekanis dengan cara pengerondongan atap plastik/pembelongsongan buah. (2) Penyemprotan dengan insektisida seperti
Lannate 25 WP (b.a. Metomyl), Baycarb 500 EC (b.a. BPMC), yang dilakukan pada sore atau pagi hari.
6) Ulat daun hitam (Dasychira Inclusa Walker)
Ciri: Larva mempunyai dua jambul dekat kepala berwarna hitam yang mengarah kearah samping kepala. Pada bagian badan terdapat empat jambul yang merupakan keumpulan seta berwarna coklat kehitam-hitaman. Disepanjang kedua sisi tubuh terdapat rambut berwarna ab-abu. Panjang larva 50 mm. Gejala : menyerang daun tua dan muda; tanaman yang terserang tinggal tulang daundaunnya dengan kerusakan 30%; pada siang hari larva bersembunyi di balik daun. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur yang biasanya diletakkan pada daun; (2) penyemprotan insektisida seperti : Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos) dan Matador 25 EC.
7) Lalat buah (Rhagoletis Pomonella)
Ciri: larva tidak berkaki, setelah menetas dari telur (10 hari) dapat segera memakan daging buah. Warna lalat hitam, kaki kekuningan dan meletakkan telur pada buah. Gejala: bentuk buah menjadi jelek, terlihat benjol-benjol. Pengendalian: (1) penyemprotan insektisida kontak seperti Lebacyd 550 EC; (2) membuat perangkat lalat jantan dengan menggunakan Methyl eugenol sebanyak 0,1 cc ditetesan pad kapas yang sudah ditetesi insektisida 2 cc. Kapas tersebutkapas tersebut dimasukkan ke botol plastik (bekas air mineral) yang digantungkan ketinggian 2 meter. Karena aroma yang mirip bau-bau yang dikeluarkan betina, maka jantan tertarik dan menhisap kapas.
Penyakit
1) Penyakit embun tepung (Powdery Mildew)
Penyebab : Padosphaera leucotich Salm. Dengan stadia imperfeknya adalah oidium Sp. Gejala: (1) pada daun atas tampak putih, tunas tidak normal, kerdil dan tidak berbuah; (2) pada buah berwarna coklat, berkutil coklat. Pengendalian: (1) memotong tunas atau bagian yang sakit dan dibakar; (2) dengan menyemprotka fungisida Nimrod 250 EC 2,5-5 cc/10 liter air (500liter/Ha) atau Afugan 300 EC 0,5-1 cc/liter air (pencegahan) dan 1-1,5 cc/liter air setelah perompesan sampai tunas berumur 4-5 minggu dengan interval 5-7 hari.
2) Penyakit bercak daun (Marssonina coronaria J.J. Davis)
Gejala : pada daun umur 4-6 minggu setelah perompesan terlihat bercak putih tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari daun tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur. Pengendalian: (1) jarak tanam tidak terlalu rapat, bagian yang terserang dibuang dan dibakar; (2) disemprot
fungisida Agrisan 60 WP 2 gram/liter air, dosis 1000-2000 gram/ha sejak 10 hari setelah rompes dengan interval 1 minggu sebanyak 10 aplikasi atau Delseme MX 200 2 gram/liter air, Henlate 0,5 gram/liter air sejak umur 4 hari setelah rompes dengan interval 7 hari hingga 4 minggu.
3) Jamur upas (Cortisium salmonicolor Berk et Br)
Pengendalian: mengurangi kelembapan kebun, menghilangkan bagian tanaman yang sakit.
4) Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.)
Gejala : menyerang batang/cabang (busuk, warna coklat kehitaman, terkadang mengeluarkan cairan), dan buah (becak kecil warna cokelat muda, busuk, mengelembung, berair dan warna buah pucat. Pengendalian : (1) tidak memanen buah terlalu masak; (2) mengurangi kelembapan kebun; (3) membuang bagian yang sakit; (4) pengerokkan batang yang sakit lalu diolesi fungisida Difolatan 4 F 100 cc/10 liter air atau Copper sandoz; (5) disemprot Benomyl 0,5 gram/liter air, Antracol 70 WP 2 gram/literair.
5)Busukbuah (Gloeosporium Sp.)
Gejala: bercak kecil cokelat dan bintik-bintik hitam berubah menjadi orange. Pengendalian : tidak memetik buah terlalu masak dan pencelupan dengan Benomyl 0,5 gram/liter air untuk mencegah penyakit pada penyimpanan.
6) Busuk akar (Armilliaria Melea)
Gejala : menjerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layu daun, gugur, dan kulit akar membusuk. Pengendalian: dengan eradifikasi, yaitu membongkar/mencabut tanaman yang terserang beserta akar-akarnya, bekas lubang tidak ditanami minimal 1 tahun.

i.        Panen

Pemanenan apel dilakukan dengan cara memetik buah secara manual dengan tangan. Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yang telah dilakukan.
j.        Pasca Panen

Apel yang sudah dipanen dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang untuk mempertahankan kualitas. Buah yang akan dikirim dikemas untuk menghindari kerusakan.Pengemasan biasanya menggunakan kotak kardus dengan ukuran 48 cm x 33 cm x 37 cm, yang dapat menampung 35 kg apel. Dasar kotak kardus diberi potongan-potongan kertas untuk menghindari risiko terkena benturan.Sebelum kotak ditutup, di atas susunan buah apel diberi potongan-potongan kertas lagi. Buah yang dikemas dalam satu kotak besarnya harus seragam agar mudah menyusunnya. Lapisan buah pertama diatur pada bagian lebar kotak 3-3, 3-3 buah atau berselang 3-2 buah sampai susunan memenuhi panjang kotak.
Demikian pula lapisan kedua di atasnya mengisi ruang-ruang di antara buah dari lapisan pertama. Bila tiap-tiap buah diberi sela/ruangan disebut susunan terbuka, dan bila agak rapat disebut susunan tertutup. Susunan terbuka lebih baik untuk sirkulasi udara di antara tiap-tiap buah
sumber:
Soelarso,Bambang.2002.Budidaya Apel.Kanisius:Yogyakarta
www.warintek.ristek.go.id/pertanian/apel.pdf