I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hidrokarbon adalah
senyawa organik yang hanya terdiri dari karbon dan hidrogen. Golongan senyawa
ini amat penting peranannya dalam abad teknolgi ini. Karena begitu banyak
produk yang dapat diturunkannya : tekstil, plastik, bahan anti beku,
obat-obatan, anestatika, cat, pupuk, bahan peledak dan sebagainya. (Abdulloh. 2007).
Pada dasarnya terdapat tiga jenis hidrokarbon:
1.
Hidrokarbon aromatik, mempunyai
setidaknya satu cincin aromatic
2. Hidrokarbon jenuh, juga disebut alkana, yang tidak
memiliki ikatan rangkap atau aromatik.
3. Hidrokarbon tak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan
rangkap antara atom-atom karbon,
Keluarga
hidrokarbon dapat dilukiskan oleh gambar berikut:
Hidrokarbon
Hidrokarbon alifatik Hidrokarbon
siklik
(lingkaran)
Alkana Alkena
Alkuna Jenuh Tak jenuh
Semua
persenyawaan hidrokarbon bersifat non-polar, sehingga ikatan antar molekulnya
sangat lemah. Karena itu hidrokarbon yang berat molekulnya rendah berbentuk
gas. Karena sifat non-polarnya maka hidrokarbon akan mudah larut dalam
pelarut-pelarut berpolaritas rendah seperti karbontetrakhlorida, khloroform,
benzena, dan eter; selain itu hidrokarbon mempunyai kerapatan yang lebih kecil
dari air.
Salah satu cara untuk
mengetahui sebuah larutan tersebut mengandung senyawa hidrokarbon jenuh atau
tidak jenuh dengan cara uji bayer.. Pada uji Baeyer kali ini menggunakan kalium
permanganat (KMnO) yang digunakan untuk ketidak jenuhan dalam senyawa
yang tidak diketahui strukturnya dengan menggunakan senyawa sampel, yaitu
minyak kelapa dan minyak sawit
Prinsip dari Uji Baeyer ini
adalah untuk mendeteksi ikatan rangkap dua dan tiga suatu senyawa hidrokarbon
dengan uji Baeyer adalah berdasarkan hilangnya warna ungu dari ion MNO4, karena
bereaksi dengan alkena atau alkuna membentuk glikol (diol) dan endapan coklat
dari MnO.
B.
Tujuan
Menunjukkan adanya ikatan rangkap
pada senyawa karbon
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Hidrokarbon adalah senyawa yang struktur molekulnya hanya
terdiri dari hidrogen dan karbon. Hidrokarbon yang paling sederhana adalah
alkaana, yaitu hidrokarbon yang hanya mengandung 1 ikatan kovalen tunggal.
Molekul yang paling sederhana dari alkana dalah metana. Ikatan karbon-karbon
pada alkana dan sikloalkana, adalah ikatan tunggal, tapi sesama karbon dapat
pula membentuk ikatan ganda, senyawa organik yag mengandung ikatan ganda dua
karbon-karbon dinamakan alkena. Dalam struktur molekulnya, alkena mengandung
hidrogen lebih sedikit, maka sering disebut senyawaan tak jenuh alkana rantai
lurus dan rantai cabang disebut senyawa jenuh. (Hart, 1982).
Hidrokarbon
dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan karbon yang dikandungnya.
Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu ikatan dinamakan
hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom karbon yang mempunyai
ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon tidak jenuh (Fessenden dan
Fessenden, 1997).
Senyawa berbobot molekul rendah
berwujud gas dan cair, dan zat yang berbobot molekul tinggi berwujud padat.
Alkana merupakan zat nonpolar, zat yang tak larut dalam air dengan kerapatan
zat cair kurang dari 1,0 g/ml. Selain alkana juga ada alkena yaitu hidrokarbon
yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua karbon–karbon. Senyawa ini
dikatakan tidak jenuh karena tidak mempunyai jumlah maksimum atom yang
sebetulnya dapat ditampung oleh setiap karbon (Pettruci,
1987).
Golongan alkena dan alkuna dapat dianggap
sebagai turunan Alkana yang atom H-nya digantikan oleh atom C terdekat dengan
atom C yang diperhatikan, sehingga terjadi ikatan rangkap dua atau rangkap
tiga. Jika dua atom H dari atom-atom C yang berdekatan digantikan maka
terbentuk iktan rangkap dua, jika 4 atom terjadi ikatan rangkap tiga. Walaupun
yang menggantikan bukan atom atau gugus dari luar tetapi karena ikatan-ikatan
rangkap ini member sifat karakteristik kepada molekul gugus alkena dan alkuna
adalah gugus fungsional. Alkena mengandung ikatan rangkap, maka alkena
mempunyai orbital ikatan p yang lemah ikatanya, ikatan p ini mudah putus dan
membentuk ikatan yang lebih stabil dengan species yang elektrofilik ( suka
electron) dan terjadilah reaksi adisi ( Kasmadi dan Luhbandjono,2006).
Alkena banyak digunakan sebagai
bahan baku untuk pembuatan bahan sintetis, misalnya plastic. Alkena alami yang
banyak diamanfaatkan yaitu getah perca dan karet. Getah perca dan karet
merupakan senyawa makro,tetapi sebenarnya merupakan gabungan dari beberapa
molekul 2-metil-1,3-butadiena atau isoprene. Alkuna juga merupakan bahan baku
untuk pembuatan bahan-bahan sintetis, misalnya plastic. Salah satu anggota dari
alkuna, yaitu etuna atau lebih dikenal asetilena merupakan gas yang dihasilkan
jika karbid (kalsium karbida) direaksikan dengan air. Gas asetilena sering
digunakan sebagai bahan bakar untuk proses pengelasan (Sudarmo,2006).
Reaksi larutan
permanganat dingin merupakan uji Baeyer untuk ketidakjenuhan dalam senyawa yang
tidak diketahui strukturnya. Larutan uji (KMnO) berwarna ungu. Ketika reaksi berjalan, warna ungu
menghilang dan nampak endapan MnOcoklat. Sewaktu reaksi berlangsung, warna ungu dari
ion permanganat digantikan oleh endapan cokelat dari mangan dioksida.
Sehubungan dengan adanya perubahan warna ini, maka reaksi ini dapat digunakan
sebagai uji kimia untuk membedakan alkena dari alkana yang pada umumnya tidak
bereaksi. Uji Baeyer untuk ikatan rangkap meskipun digunakan secara meluas,
mempunyai suatu kekurangan ; gugus apa saja yang mudah dioksidasi (aldehida,
alkena, alkuna) akan menunjukkan hasil positif. (Day, 1990)
R R R R
| | | |
C =
C + MNO4
--------------- R - C – C – R +
MnO
| | (ungu) | | (coklat)
R R R R
a.
Minyak Kelapa
Minyak kelapa
berdasarkan kandungan asam lemaknya digolongkan dalam minyak asam laurat,
karena kandungan asam lauratnya paling besar, yaitu 44-52% dalam minyak.
Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan iod, maka
minyak kelapa dapat dimasukkan kedlam golongan non drying oil, karena
bilangan iod minyak berkisar antara 7,5-10,5. (Ketaren, 1986).
Asam lemak jenuh minyak
kelapa kurang lebih 90%. Minyak kelapa mengandung 84% trigliserida dengan tiga
molekul asam lemak jenuh, 12% trigliserida dengan dua asam lemak jenuh dan 4%
trigliserida denganasam lemak jenuh (Ketaren,1986).
Sifat fisik Minyak
kelapa yang terpenting adalah tidak mencair tahap demi tahap seperti lemak yang
lain akan tetapi langsung berubah menjadi cair, hal ini disebabkan karena titik
cair asam lemak penyusunnya bedekatan, asam lemak laurat 44○C,asam lemak
miristat 54○C, asam lemak palmitat 63○C. Dengan demikian plastisitasa
trigliserida juga terbatas.
b.
Minyak Sawit
Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah merupakan
senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen penyusunnya yang utama
adalah trigliserida dan nontrigliserida (Nurhida Pasaribu, 2004). Minyak sawit
adalah fraksi cair berwarna kuning kemerahan yang diperoleh dengan cara
fraksinasi minyak kelapa sawit kasar (Crude Palm Oil) dan telah mengalami
proses pemurnian (Ketaren, 1986). Muchtadi (1996) menyatakan bahwa munyak sawit
sebagai salah satu jenis minyak nabati tidak mengandung kolesterol, pada saat
proses pemurnian CPO menjadi minyak sawit kolesterol yang dimiliki CPO
mengalami degradasi. Sterol yang dimiliki minyak sawit adalah fitosterol yang
sebenarnya akan dapat menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) dan meningkatkan
HDL (High Density Lipoprotein). Minyak sawit merupakan sumber minyak nabati
yang penting disamping minyak kelapa, kacang-kacangan, jagung dan sebagainya.
Minyak kelapa sawit memiliki kadar air 0,25% (Hardja, 2001).
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Alat
dan Bahan
Alat :
–
6 buah tabung reaksi
–
Pipet tetes
–
Pipet Ukur
Bahan :
–
Air
–
Aseton
–
95% etanol
–
KMnO4
–
Minyak Kelapa
–
Minyak Sawit
B.
Prosedur
Kerja
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
|
MINYAK SAWIT
|
MINYAK KELAPA
|
||
Awal
|
Akhir
|
Awal
|
Akhir
|
|
Air
|
Warna ungu, minyak dan air memisah
|
Warna ungu, minyak dan air memisah
|
Warna ungu, minyak dan air memisah
|
Warna ungu, minyak dan air memisah
|
Etanol
|
Warna ungu
|
Warna cokelat terdapat endapan cokelat
dan serbuk hitam
|
Warna ungu
|
Warna cokelat endapan berupa gel
|
Aseton
|
Warna
ungu
|
Warna
ungu kemerahan dan banyak terdapat endapan cokelat dan serbuk
|
Warna
ungu kecokelatan
|
Warna
cokelat bening dan terdapat endapan kecil (serbuk) cokelat tua
|
B. Pembahasan
Uji
baeyer adalah uji yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya ikatan rangkap
pada larutan uji. Sampel yang digunakan dalam uji baeyer ini adalah minyak
kelapa dan minyak sawit dengan tiga macam pelarut yaitu air, asetom dan etanol
95%.
Larutan uji (KMnO4) berwarna ungu
ketika reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan MnO2 coklat. Sewaktu reaksi
berlangsung, warna ungu dari ion permanganat digantikan oleh endapan cokelat
dari mangan dioksida. Larutan KMnO4 yang digunakan disini sebagai katalis. Uji
Bayer dilakukan dengan mencampurkan larutan KMnO4 terhadap
suatu cairan sampel. Penambahan KMnO4 bertujuan untuk
mengetahui terjadinya reaksi oksidasi. KMnO4 merupakan zat
pengoksidasi yang kuat .Rekasi oksidasi terjadi bila warna ungu dari KMnO4 hilang
dari campuran tersebut. Hilangnya warna ungu ion MnO4- disebabkan
oleh adanya reaksi ion MnO4- dengan
alkena atau alkuna membentuk glikol (diol) dan endapan coklat dari MnO2- .
Dari data
pengamatan yang diperoleh dari hasil Uji Baeyer ini menunjukkan bahwa terdapat
suatu reaksi yang berjalan, hal ini dapat dilihat dari warna ungu yang
menghilang dan nampak endapan MnO2 coklat. Endapan berwana cokelat ini
menunjukkan adanya suatu ikatan rangkap pada larutan. Selain itu apabila
terdapat pergeseran warna di dalam larutan yaitu dari ungu ke coklat menandakan
adanya reaksi.
Percobaan
Baeyer dengan menggunakan sample yaitu air, aseton, dan etanol 95% (Alkohol)
menunjukkan hasil yang berbeda-beda setelah didiamkan selama 1-2
menit. Pada larutan minyak kelapa yang menggunakan pelarut air aquadest
berwarna ungu pekat dan minyak melayang di atas permukaan larutan. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada pergeseran warna yang terjadi. Pada pelarut aceton,
warna larutan berwarna cokelat bening, minyak larut dan terdapat endapan
kecil-kecil berwarna cokelat. Sedangkan pada pelarut etanol 95%
(Alkohol), larutan berubah menjadi cokelat dengan endapan bening
berupa gel.
Pada larutan
minyak sawit yang menggunakan pelarut air aquadest, larutan berwarna ungu
dan minyak. Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak ada pergeseran warna yang
terjadi. Sedangkan pada pelarut aseton larutan berwarna ungu kemerahan, minyak
membentuk endapan cokelat serta serbuk hitam dan memisah dengan larutan pada
bagian dasar larutan. Pada pelarut yang digunakan yaitu etanol
95%(Alkohol) warna larutan menjadi cokelat dan terdapat endapan minyak
yang berwarna cokelat.
Setelah dilakukan suatu percobaan ini didapat suatu hasil. Pada uji coba yang menggunakan aquades pada sample minyak kelapa dan minyak sawit tidak
terjadi pergeseran warna. Hal ini menunjukkan bahwa dengan aquades tidak
menunjukkan adanya suatu ikatan rangkap. Pada percobaan yang menggunakan
aseton, minyak
kelapa menunjukan pergeseran warna menjadi cokelat bening sedangkan minyak
sawit pergeseran warna sedikit dari ungu menjadi ungu kemerahan atau dan
endapan cokelat yang dihasilkan banyak. Pada percobaan
menggunakan etanol 95% (Alkohol ) dengan sample minyak kelapa dan minyak sawit warna dari ungu berubah menjadi
cokelat. Endapan cokelat terbentuk pada minyak sawit dan endapan gel terbentuk
pada minyak kelapa. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
minyak kelapa dan minyak sawit yang diberi pelarut aseton mengandung ikatan
rangkap. “Pereaksi-pereaksi ini menyerang elektron (pi) pada ikatan
rangkap.Alkena bereaksi dengan kalium permanganat membentuk glikol (glycols)
yaitu senyawa dengan dua gugus hidroksil berdampingan”(Hart, 1983).
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Uji Baeyer yang
dilakukan dengan kalium permanganat ini memperlihatkan adanya ikatan rangkap
yaitu alkena dan alkuna pada uji coba saat menggunakan etanol dengan sample
minyak kelapa, begitu juga pada saat menggunakan etanol dengan simple minyak
sawit dan juga pada percobaan
menggunakan aseton dengan sample minyak kelapa, begitu juga pada saat
menggunakan aseton dengan simple minyak sawit.
B. Saran
Di dalam pelaksanaan praktikum ini
sebaiknya praktikan melakukan percobaan sesuai dengan prosedur untuk
meminimalisir kesalahan
¨ Peralatan
praktikum yang pecah sebaiknya segera diganti dan tidak digunakan lagi, hal ini
juga dapat membahayakan bagi praktikan.
¨Praktikum
ini sebaiknya dilaksanakan dengan kondusif dan kerjasama antar kelompok harus
terjaga dengan baik untuk kelancaran acara praktikum iu sendiri.
Daftar
Pustaka
Abdulloh. 2007. “Mengidentifikasi
senyawa hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh dengan cara reaksi adisi dan
oksidasi”. Jurnal Hidrokarbon. Diakses pada 06 Juni 2012.
Day, R,A and Underwood, A.L. 1990. Analisa Kimia
Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
Fessenden, Ralph
J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Bina Aksara,
Jakarta.
Hardja,
B. S. 2001. Studi pembuatan mentega
coklat tiruan dan minyak sawit dengan proses interestifikasi enzimatik. Laporan
Penelitian, Hibah Bersaing. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Hart, Harlod. 1983. Kimia
Organik. Erlangga, Jakarta.
Kasmadi
dan Luhbandjono,Gatot.2006.Kimia Dasar II.Universitas
Negeri Semarang, Semarang.
Ketaren.1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan.
Jakarta:Universitas Indonesia press
Muchtadi,
T. 1996. Peranan teknologi pangan dalam
peningkatan nilai tambah produk minyak sawit Indonesia. Orasi Ilmiah.
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pasaribu,
Nurhida. 2004. Minyak Buah Kelapa
Sawit. Makalah. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Petrucci,
Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 3. Erlangga,Jakarta.
Sudarmo,Unggul.2006.Kimia untuk SMA Kelas X.Phibeta,Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar