my cat


Sabtu, 06 Juli 2013

laporan uji baeyer


I.                   PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang hanya terdiri dari karbon dan hidrogen. Golongan senyawa ini amat penting peranannya dalam abad teknolgi ini. Karena begitu banyak produk yang dapat diturunkannya : tekstil, plastik, bahan anti beku, obat-obatan, anestatika, cat, pupuk, bahan peledak dan sebagainya. (Abdulloh. 2007).
Pada dasarnya terdapat tiga jenis hidrokarbon:
1.   Hidrokarbon aromatik, mempunyai setidaknya satu cincin aromatic
2. Hidrokarbon jenuh, juga disebut alkana, yang tidak memiliki ikatan rangkap atau aromatik.
3.  Hidrokarbon tak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap antara atom-atom karbon,
Keluarga hidrokarbon dapat dilukiskan oleh gambar berikut:
Hidrokarbon


 


                          Hidrokarbon alifatik                   Hidrokarbon siklik
                                                                                (lingkaran)

                    Alkana     Alkena    Alkuna         Jenuh                   Tak jenuh
Semua persenyawaan hidrokarbon bersifat non-polar, sehingga ikatan antar molekulnya sangat lemah. Karena itu hidrokarbon yang berat molekulnya rendah berbentuk gas. Karena sifat non-polarnya maka hidrokarbon akan mudah larut dalam pelarut-pelarut berpolaritas rendah seperti karbontetrakhlorida, khloroform, benzena, dan eter; selain itu hidrokarbon mempunyai kerapatan yang lebih kecil dari air.
                  Salah satu cara untuk mengetahui sebuah larutan tersebut mengandung senyawa hidrokarbon jenuh atau tidak jenuh dengan cara uji bayer.. Pada uji Baeyer kali ini menggunakan kalium permanganat (KMnO) yang digunakan untuk ketidak jenuhan dalam senyawa yang tidak diketahui strukturnya dengan menggunakan senyawa sampel, yaitu minyak kelapa dan minyak sawit
                  Prinsip dari Uji Baeyer ini adalah untuk mendeteksi ikatan rangkap dua dan tiga suatu senyawa hidrokarbon dengan uji Baeyer adalah berdasarkan hilangnya warna ungu dari ion MNO4, karena bereaksi dengan alkena atau alkuna membentuk glikol (diol) dan endapan coklat dari MnO.

B.     Tujuan
Menunjukkan adanya ikatan rangkap pada senyawa karbon
















II. TINJAUAN PUSTAKA
Hidrokarbon adalah senyawa yang struktur molekulnya hanya terdiri dari hidrogen dan karbon. Hidrokarbon yang paling sederhana adalah alkaana, yaitu hidrokarbon yang hanya mengandung 1 ikatan kovalen tunggal. Molekul yang paling sederhana dari alkana dalah metana. Ikatan karbon-karbon pada alkana dan sikloalkana, adalah ikatan tunggal, tapi sesama karbon dapat pula membentuk ikatan ganda, senyawa organik yag mengandung ikatan ganda dua karbon-karbon dinamakan alkena. Dalam struktur molekulnya, alkena mengandung hidrogen lebih sedikit, maka sering disebut senyawaan tak jenuh alkana rantai lurus dan rantai cabang disebut senyawa jenuh. (Hart, 1982).
Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan karbon yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu ikatan dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon tidak jenuh (Fessenden dan Fessenden, 1997).
            Senyawa berbobot molekul rendah berwujud gas dan cair, dan zat yang berbobot molekul tinggi berwujud padat. Alkana merupakan zat nonpolar, zat yang tak larut dalam air dengan kerapatan zat cair kurang dari 1,0 g/ml. Selain alkana juga ada alkena yaitu hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua karbon–karbon. Senyawa ini dikatakan tidak jenuh karena tidak mempunyai jumlah maksimum atom yang sebetulnya dapat ditampung oleh setiap karbon (Pettruci, 1987).
             Golongan alkena dan alkuna dapat dianggap sebagai turunan Alkana yang atom H-nya digantikan oleh atom C terdekat dengan atom C yang diperhatikan, sehingga terjadi ikatan rangkap dua atau rangkap tiga. Jika dua atom H dari atom-atom C yang berdekatan digantikan maka terbentuk iktan rangkap dua, jika 4 atom terjadi ikatan rangkap tiga. Walaupun yang menggantikan bukan atom atau gugus dari luar tetapi karena ikatan-ikatan rangkap ini member sifat karakteristik kepada molekul gugus alkena dan alkuna adalah gugus fungsional. Alkena mengandung ikatan rangkap, maka alkena mempunyai orbital ikatan p yang lemah ikatanya, ikatan p ini mudah putus dan membentuk ikatan yang lebih stabil dengan species yang elektrofilik ( suka electron) dan terjadilah reaksi adisi ( Kasmadi dan Luhbandjono,2006).
            Alkena banyak digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan bahan sintetis, misalnya plastic. Alkena alami yang banyak diamanfaatkan yaitu getah perca dan karet. Getah perca dan karet merupakan senyawa makro,tetapi sebenarnya merupakan gabungan dari beberapa molekul 2-metil-1,3-butadiena atau isoprene. Alkuna juga merupakan bahan baku untuk pembuatan bahan-bahan sintetis, misalnya plastic. Salah satu anggota dari alkuna, yaitu etuna atau lebih dikenal asetilena merupakan gas yang dihasilkan jika karbid (kalsium karbida) direaksikan dengan air. Gas asetilena sering digunakan sebagai bahan bakar untuk proses pengelasan (Sudarmo,2006).
Reaksi larutan permanganat dingin merupakan uji Baeyer untuk ketidakjenuhan dalam senyawa yang tidak diketahui strukturnya. Larutan uji (KMnO) berwarna ungu. Ketika reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan MnOcoklat. Sewaktu reaksi berlangsung, warna ungu dari ion permanganat digantikan oleh endapan cokelat dari mangan dioksida. Sehubungan dengan adanya perubahan warna ini, maka reaksi ini dapat digunakan sebagai uji kimia untuk membedakan alkena dari alkana yang pada umumnya tidak bereaksi. Uji Baeyer untuk ikatan rangkap meskipun digunakan secara meluas, mempunyai suatu kekurangan ; gugus apa saja yang mudah dioksidasi (aldehida, alkena, alkuna) akan menunjukkan hasil positif. (Day, 1990)
          R     R                                                    R   R
           |      |                                                      |     |
          C = C +    MNO4  --------------- R - C – C – R +   MnO
           |      |         (ungu)                                 |      |                  (coklat)
          R     R                                                    R     R
a.       Minyak Kelapa
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemaknya digolongkan dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar, yaitu 44-52% dalam minyak. Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan iod, maka minyak kelapa dapat dimasukkan  kedlam golongan non drying oil, karena bilangan iod minyak berkisar antara 7,5-10,5. (Ketaren, 1986).
Asam lemak jenuh minyak kelapa kurang lebih 90%. Minyak kelapa mengandung 84% trigliserida dengan tiga molekul asam lemak jenuh, 12% trigliserida dengan dua asam lemak jenuh dan 4% trigliserida denganasam lemak jenuh (Ketaren,1986).
Sifat fisik Minyak kelapa yang terpenting adalah tidak mencair tahap demi tahap seperti lemak yang lain akan tetapi langsung berubah menjadi cair, hal ini disebabkan karena titik cair asam lemak penyusunnya bedekatan, asam lemak laurat 44○C,asam lemak miristat 54○C, asam lemak palmitat 63○C. Dengan demikian plastisitasa trigliserida juga terbatas.
b.      Minyak Sawit
            Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen penyusunnya yang utama adalah trigliserida dan nontrigliserida (Nurhida Pasaribu, 2004). Minyak sawit adalah fraksi cair berwarna kuning kemerahan yang diperoleh dengan cara fraksinasi minyak kelapa sawit kasar (Crude Palm Oil) dan telah mengalami proses pemurnian (Ketaren, 1986). Muchtadi (1996) menyatakan bahwa munyak sawit sebagai salah satu jenis minyak nabati tidak mengandung kolesterol, pada saat proses pemurnian CPO menjadi minyak sawit kolesterol yang dimiliki CPO mengalami degradasi. Sterol yang dimiliki minyak sawit adalah fitosterol yang sebenarnya akan dapat menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) dan meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein). Minyak sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting disamping minyak kelapa, kacang-kacangan, jagung dan sebagainya. Minyak kelapa sawit memiliki kadar air 0,25%  (Hardja, 2001).



III. METODE PRAKTIKUM
A.    Alat dan Bahan
Alat :
        6 buah tabung reaksi
        Pipet tetes
        Pipet Ukur
Bahan :
        Air
        Aseton
        95% etanol
        KMnO4
        Minyak Kelapa
        Minyak Sawit
B.     Prosedur Kerja
           














IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil

MINYAK SAWIT
MINYAK KELAPA
Awal
Akhir
Awal
Akhir
Air
Warna ungu, minyak dan air memisah

Warna ungu, minyak dan air memisah
Warna ungu, minyak dan air memisah


Warna ungu, minyak dan air memisah

Etanol
Warna ungu
Warna cokelat terdapat endapan cokelat dan serbuk hitam
Warna ungu
Warna cokelat endapan berupa gel

Aseton
Warna ungu
Warna ungu kemerahan dan banyak terdapat endapan cokelat dan serbuk


Warna ungu kecokelatan
Warna cokelat bening dan terdapat endapan kecil (serbuk) cokelat tua
 

B.     Pembahasan
Uji baeyer adalah uji yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya ikatan rangkap pada larutan uji. Sampel yang digunakan dalam uji baeyer ini adalah minyak kelapa dan minyak sawit dengan tiga macam pelarut yaitu air, asetom dan etanol 95%.
Larutan uji (KMnO4) berwarna ungu ketika reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan MnO2 coklat. Sewaktu reaksi berlangsung, warna ungu dari ion permanganat digantikan oleh endapan cokelat dari mangan dioksida. Larutan KMnO4 yang digunakan disini sebagai katalis. Uji Bayer dilakukan dengan mencampurkan larutan KMnO4 terhadap suatu cairan sampel. Penambahan KMnO4 bertujuan untuk mengetahui terjadinya reaksi oksidasi. KMnOmerupakan zat pengoksidasi yang kuat .Rekasi oksidasi terjadi bila warna ungu dari KMnO4 hilang dari campuran tersebut. Hilangnya warna ungu ion MnO4disebabkan oleh adanya reaksi  ion MnO4 dengan alkena atau alkuna membentuk glikol (diol) dan endapan coklat dari MnO2.
Dari data pengamatan yang diperoleh dari hasil Uji Baeyer ini menunjukkan bahwa terdapat suatu reaksi yang berjalan, hal ini dapat dilihat dari warna ungu yang menghilang dan nampak endapan MnO2 coklat. Endapan berwana cokelat ini menunjukkan adanya suatu ikatan rangkap pada larutan. Selain itu apabila terdapat pergeseran warna di dalam larutan yaitu dari ungu ke coklat menandakan adanya reaksi.
Percobaan Baeyer dengan menggunakan sample yaitu air, aseton, dan etanol 95% (Alkohol) menunjukkan hasil yang berbeda-beda setelah didiamkan selama 1-2 menit. Pada larutan minyak kelapa yang menggunakan pelarut air aquadest berwarna ungu pekat dan minyak melayang di atas permukaan larutan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pergeseran warna yang terjadi. Pada pelarut aceton, warna larutan berwarna cokelat bening, minyak larut dan terdapat endapan kecil-kecil berwarna cokelat. Sedangkan pada pelarut etanol 95% (Alkohol),  larutan berubah menjadi cokelat dengan endapan bening berupa gel.
Pada larutan minyak sawit  yang menggunakan pelarut air aquadest, larutan berwarna ungu dan minyak. Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak ada pergeseran warna yang terjadi. Sedangkan pada pelarut aseton larutan berwarna ungu kemerahan, minyak membentuk endapan cokelat serta serbuk hitam dan memisah dengan larutan pada bagian dasar larutan. Pada pelarut yang digunakan yaitu etanol 95%(Alkohol) warna larutan menjadi cokelat dan terdapat endapan minyak yang berwarna cokelat.
Setelah dilakukan suatu percobaan ini didapat suatu hasil. Pada uji coba yang menggunakan aquades pada sample minyak kelapa dan minyak sawit tidak terjadi pergeseran warna. Hal ini menunjukkan bahwa dengan aquades tidak menunjukkan adanya suatu ikatan rangkap. Pada percobaan yang menggunakan aseton, minyak kelapa menunjukan pergeseran warna menjadi cokelat bening sedangkan minyak sawit pergeseran warna sedikit dari ungu menjadi ungu kemerahan atau dan endapan cokelat yang dihasilkan banyak. Pada percobaan menggunakan etanol 95% (Alkohol ) dengan sample minyak kelapa dan minyak sawit warna dari ungu berubah menjadi cokelat. Endapan cokelat terbentuk pada minyak sawit dan endapan gel terbentuk pada minyak kelapa. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa minyak kelapa dan minyak sawit yang diberi pelarut aseton mengandung ikatan rangkap. “Pereaksi-pereaksi ini menyerang elektron (pi) pada ikatan rangkap.Alkena bereaksi dengan kalium permanganat membentuk glikol (glycols) yaitu senyawa dengan dua gugus hidroksil berdampingan”(Hart, 1983).
V.    PENUTUP

A.    Kesimpulan
Uji Baeyer  yang dilakukan dengan kalium permanganat ini memperlihatkan adanya ikatan rangkap yaitu alkena dan alkuna pada uji coba saat menggunakan etanol dengan sample minyak kelapa, begitu juga pada saat menggunakan etanol dengan simple minyak sawit  dan juga pada percobaan menggunakan aseton dengan sample minyak kelapa, begitu juga pada saat menggunakan aseton dengan simple minyak sawit.

B.     Saran
Di dalam pelaksanaan praktikum ini sebaiknya praktikan melakukan percobaan sesuai dengan prosedur untuk meminimalisir kesalahan
¨      Peralatan praktikum yang pecah sebaiknya segera diganti dan tidak digunakan lagi, hal ini juga dapat membahayakan bagi praktikan.
¨Praktikum ini sebaiknya dilaksanakan dengan kondusif dan kerjasama antar kelompok harus terjaga dengan baik untuk kelancaran acara praktikum iu sendiri.















Daftar Pustaka
Abdulloh. 2007. “Mengidentifikasi senyawa hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh dengan cara reaksi adisi dan oksidasi”. Jurnal Hidrokarbon. Diakses pada 06 Juni 2012.
Day, R,A and Underwood, A.L. 1990. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga,   Jakarta.
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Bina Aksara, Jakarta.
Hardja, B. S. 2001. Studi pembuatan mentega coklat tiruan dan minyak sawit dengan proses interestifikasi enzimatik. Laporan Penelitian, Hibah Bersaing. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hart, Harlod. 1983. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.
Kasmadi dan Luhbandjono,Gatot.2006.Kimia Dasar II.Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Ketaren.1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan. Jakarta:Universitas Indonesia press
Muchtadi, T. 1996. Peranan teknologi pangan dalam peningkatan nilai tambah produk minyak sawit Indonesia. Orasi Ilmiah. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pasaribu, Nurhida. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Makalah. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 3. Erlangga,Jakarta.
Sudarmo,Unggul.2006.Kimia untuk SMA Kelas X.Phibeta,Jakarta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar