Gula
sebagai pemanis banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari, akan tetapi bila
terlalu banyak mengkonsumsi gula dapat menimbulkan efek yang merugikan
kesehatan. Stevia dikenal sebagai daun madu.
Tanaman semak ini bisa dijadikan pengganti gula. Lebih manis dari gula tebu,
non-kalori, dan anti-diabetes
Sejarah
Stevia
Pada 1500 tahun yang lalu,
orang-orang asli Paraguay yang dikenali sebagai puak Guarani telah menemui
suatu pohon yang mempunyai daun yang manis seperti gula. Apabila mereka
mengunyah beberapa helai daun tersebut atau mencampurnya kedalam minuman teh mereka, daun tersebut telah memberi rasa manis
seperti gula (tebu).
Selain dari rasa manis, mereka juga
mendapati pokok daun manis ini, yang dikenali sebagai kaa he-he (yang bermaksud
“herba manis”), juga mempunyai banyak kegunaan seperti tercatat dibawah:
- Melembutkan kulit
- Membantu menghazam makanan
- Menyuburkan hempedu / pancreas
- Mengimbangi gula dalam darah
- Melicinkan kedutan kulit
- Menyemboh kecacatan, kudis dan luka
Tidak lama
kemudian, pokok kaa he-he telah merebak ke negeri jiran seperti Brazil dan
Argentina. Pokok kaa he-he tumbuh dengan banyaknya di America Selatan dan tidak
lama kemudian pendatang daripada Europa telah mengetahui mengenai pokok tersebut
dan kebaikan nya untuk kesehatan. Pada
tahun 1887, ahli botani Moises Santiago Bertoni meneliti stevia sebagai pemanis
dan ramuan obat. Pada tahun 1931, dua kimiawan Perancis mengisolasi glikosida
dan yang utama diberi nama Stevioside dan Rebaudioside yang 250 dan 300 kali
lebih manis daripada gula biasa. Pada akhir 1950-an, Jepang mulai budidaya
stevia dan pada tahun 1970 mulai menggunakan stevia secara komersial.
Pada tahun 2006
WHO mengevaluasi secara menyeluruh tentang studi Stevia melalui serangkaian
percobaan yang dilakukan pada hewan dan manusia yang kemudian menyimpulkan
bahwa stevia mengandung Glikosida steviol dan tidak ber-karsinogenik.
Stevia Rebaudiana mengandung Glikosida yang memiliki tingkat kemanisan 300 kali dibanding gula biasa. Stevia Rebaudiana memiliki 4 Glikosida utama yaitu: Steviouside, Rebaudioside A, C dan Rebaudioside Dulcoside A.
Stevia Rebaudiana mengandung Glikosida yang memiliki tingkat kemanisan 300 kali dibanding gula biasa. Stevia Rebaudiana memiliki 4 Glikosida utama yaitu: Steviouside, Rebaudioside A, C dan Rebaudioside Dulcoside A.
Mengenal
Stevia
Stevia merupakan tanaman perdu yang
cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 500-1000 meter di atas permukaan
laut, bila di daerah dataran rendah tanaman akan cepat berbunga dan bila sering
dipanen akan mudah mati. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman berkisar
antara 14° -27°C dengan mendapat sinar matahari sepanjang hari.
Tanaman semak yang berasal dari
famili Compositae ini memiliki tinggi sekitar 65 cm, berbatang bulat, berbulu,
beruas, bercabang banyak, dan warnanya hijau. Daunnya tunggal berhadapan,
berbentuk bulat telur, berbunga hermaprodit, mahkota berwarna ungu berbentuk
tabung dan berakar tunggang. Tanaman ini memiliki daya regenerasi yang kuat
sehingga tahan terhadap pemangkasan.
Stevia dapat dipanen pada saat
tanaman berumur 40-60 hari dengan tinggi tanaman sekitar 40-60 cm, daunnya
rimbun, dan menjelang stadium berbunga, karena pada saat inilah kandungan
stevioside maksimal. Panen dapat dilakukan dengan cara memotong batang tanaman
setinggi 10-15 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan gunting pangkas yang
tajam.
Bagian tanaman stevia yang digunakan
sebagai pemanis adalah daunnya. Stevia sebagai sumber pemanis alami memiliki
prospek cerah di masa yang akan datang, mengingat pemanis sintetik seringkali
berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Bahan pemanis utama pada stevia adalah
stevioside, suatu glikosida diterpen yang sangat manis namun hampir tidak
mengandung kalori.
Kandungan stevia
Daun stevia mengandung: apigenin, austroinulin, avicularin,
beta-sitosterol, caffeic acid,
kampesterol, kariofilen, sentaureidin,
asam klorogenik, klorofil, kosmosiin, sinarosid, daukosterol, glikosida
diterpene, dulkosid A-B, funikulin, formic acid, gibberellic
acid, giberelin, indol-3-asetonitril,
isokuersitrin, isosteviol, jihanol, kaempferol, kaurene, lupeol, luteolin,
polistakosid, kuersetin, kuersitrin, rebaudiosid A-F, skopoletin, sterebin A-H,
steviol, steviolbiosid, steviolmonosida, steviosid, steviosid a-3, stigmasterol,
umbelliferon, dan santofil (5).
Kandungan utama daun stevia adalah
derivat steviol terutama steviosid (4-15%) ,rebausid A (2-4%) dan C (1-2%) serta
dulkosida A (0,4-0,7%).
Stevia yang ditanam di Indonesia
berasal dari Jepang, Korea dan Cina. Bahan tanaman tersebut berasal dari biji
sehingga pertumbuhan tanaman stevia di
lapangan sangat beragam. Kualitas daun stevia
dipengaruhi banyak faktor lingkungan seperti jenis tanah, irigasi,
penyinaran dan sirkulasi udara. Selain itu juga dipengaruhi oleh gangguan
bakteri dan jamur. Kualitas pemanis stevia didasarkan atas aroma, rasa,
penampilan dan tingkat kemanisannya. Tidak seperti pemanis lainnya, stevia tidak memberikan rasa pahit
pada akhirnya. Rahasia kemanisan stevia
terletak pada molekul kompleksnya yang disebut steviosid yang merupakan glikosida
tersusun dari glukosa, sophorose
dan steviol.
Stevia menawarkan banyak keuntungan
bagi kesehatan yang telah dibuktikan oleh lebih dari 500 penelitian,
diantaranya: Tidak mempengaruhi kadar gula darah, aman bagi penderita diabetes,
mencegah kerusakan gigi dengan menghambat pertumbuhan bakteri di mulut,
membantu memperbaiki pencernaan dan meredakan sakit perut. Baik untuk mengatur
berat badan, untuk membatasi makanan manis berkalori tinggi. Stevia juga tidak rusak pada suhu
tinggi seperti sakarin atau aspartam. Steviosid tahan pada pemanasan hingga 2000C
(3920 Fahrenheit), sehingga dapat digunakan pada hampir semua resep
makanan.
Manfaat
Stevia
Di Jepang, 5,6 persen gula yang
dipasarkan adalah Stevia atau yang dikenal dengan nama Sutebia. Stevia
digunakan sebagai pengganti pemanis buatan seperti Aspartam dan Sakarin.
Keunggulan Stevia dari pemanis alami lainnya, adalah, mempunyai tingkat
kemanisan cukup tinggi yaitu mencapai 200-300 kali dari manisnya tebu. Tanaman
ini juga rendah kalori sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes dan
obesitas. Dan, Stevia mempunyai sifat non-karsinogenik yaitu zat pemanis yang
ada dalam stevia (steviosida dan rebaudiosida) tidak dapat difermentasikan oleh
bakteri di dalam mulut sehingga stevia tidak menyebabkan gangguan pada gigi
atau gigi berlubang.
Sumber:
http://inioke.com/Berita/4316-Stevia-Pemanis-Alami-Non-kalori-dan-Anti-diabetes.html#sthash.qD6t0UDS.dpuf
Raini, Mariana dan Ani Isnawati. 2011. KAJIAN: KHASIAT DAN KEAMANAN STEVIA
SEBAGAI PEMANIS PENGGANTI GULA Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 4 Tahun 2011
nice info sekali kak
BalasHapusElever Media Indonesia