my cat


Kamis, 21 November 2013

Si manis Stevia



Gula sebagai pemanis banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari, akan tetapi bila terlalu banyak mengkonsumsi gula dapat menimbulkan efek yang merugikan kesehatan. Stevia dikenal sebagai daun madu. Tanaman semak ini bisa dijadikan pengganti gula. Lebih manis dari gula tebu, non-kalori, dan anti-diabetes

Sejarah Stevia
Pada 1500 tahun yang lalu, orang-orang asli Paraguay yang dikenali sebagai puak Guarani telah menemui suatu pohon yang mempunyai daun yang manis seperti gula.  Apabila mereka mengunyah beberapa helai daun tersebut atau mencampurnya kedalam minuman teh  mereka, daun tersebut telah memberi rasa manis seperti gula (tebu).
Selain dari rasa manis, mereka juga mendapati pokok daun manis ini, yang dikenali sebagai kaa he-he (yang bermaksud “herba manis”), juga mempunyai banyak kegunaan seperti tercatat dibawah:
  • Melembutkan kulit
  • Membantu menghazam makanan
  • Menyuburkan hempedu / pancreas
  • Mengimbangi gula dalam darah
  • Melicinkan kedutan kulit
  • Menyemboh kecacatan, kudis dan luka
Tidak lama kemudian, pokok kaa he-he telah merebak ke negeri jiran seperti Brazil dan Argentina. Pokok kaa he-he tumbuh dengan banyaknya di America Selatan dan tidak lama kemudian  pendatang daripada Europa telah mengetahui mengenai pokok tersebut dan kebaikan nya untuk kesehatan.  Pada tahun 1887, ahli botani Moises Santiago Bertoni meneliti stevia sebagai pemanis dan ramuan obat. Pada tahun 1931, dua kimiawan Perancis mengisolasi glikosida dan yang utama diberi nama Stevioside dan Rebaudioside yang 250 dan 300 kali lebih manis daripada gula biasa. Pada akhir 1950-an, Jepang mulai budidaya stevia dan pada tahun 1970 mulai menggunakan stevia secara komersial.
Pada tahun 2006 WHO mengevaluasi secara menyeluruh tentang studi Stevia melalui serangkaian percobaan yang dilakukan pada hewan dan manusia yang kemudian menyimpulkan bahwa stevia mengandung Glikosida steviol dan tidak ber-karsinogenik.
Stevia Rebaudiana mengandung Glikosida yang memiliki tingkat kemanisan 300 kali dibanding gula biasa. Stevia Rebaudiana memiliki 4 Glikosida utama yaitu: Steviouside, Rebaudioside A, C dan Rebaudioside Dulcoside A.
Mengenal Stevia
Stevia merupakan tanaman perdu yang cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 500-1000 meter di atas permukaan laut, bila di daerah dataran rendah tanaman akan cepat berbunga dan bila sering dipanen akan mudah mati. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman berkisar antara 14° -27°C dengan mendapat sinar matahari sepanjang hari.
Tanaman semak yang berasal dari famili Compositae ini memiliki tinggi sekitar 65 cm, berbatang bulat, berbulu, beruas, bercabang banyak, dan warnanya hijau. Daunnya tunggal berhadapan, berbentuk bulat telur, berbunga hermaprodit, mahkota berwarna ungu berbentuk tabung dan berakar tunggang. Tanaman ini memiliki daya regenerasi yang kuat sehingga tahan terhadap pemangkasan.
Stevia dapat dipanen pada saat tanaman berumur 40-60 hari dengan tinggi tanaman sekitar 40-60 cm, daunnya rimbun, dan menjelang stadium berbunga, karena pada saat inilah kandungan stevioside maksimal. Panen dapat dilakukan dengan cara memotong batang tanaman setinggi 10-15 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan gunting pangkas yang tajam.
Bagian tanaman stevia yang digunakan sebagai pemanis adalah daunnya. Stevia sebagai sumber pemanis alami memiliki prospek cerah di masa yang akan datang, mengingat pemanis sintetik seringkali berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Bahan pemanis utama pada stevia adalah stevioside, suatu glikosida diterpen yang sangat manis namun hampir tidak mengandung kalori.
Kandungan stevia
Daun stevia mengandung: apigenin, austroinulin, avicularin, beta-sitosterol, caffeic acid, kampesterol, kariofilen, sentaureidin, asam klorogenik, klorofil, kosmosiin, sinarosid, daukosterol, glikosida diterpene, dulkosid A-B, funikulin, formic acid, gibberellic acid, giberelin, indol-3-asetonitril, isokuersitrin, isosteviol, jihanol, kaempferol, kaurene, lupeol, luteolin, polistakosid, kuersetin, kuersitrin, rebaudiosid A-F, skopoletin, sterebin A-H, steviol, steviolbiosid, steviolmonosida, steviosid, steviosid a-3, stigmasterol, umbelliferon, dan santofil (5). Kandungan utama daun stevia adalah derivat steviol terutama steviosid (4-15%) ,rebausid A (2-4%) dan C (1-2%) serta dulkosida A (0,4-0,7%).
Stevia yang ditanam di Indonesia berasal dari Jepang, Korea dan Cina. Bahan tanaman tersebut berasal dari biji sehingga pertumbuhan tanaman stevia di lapangan sangat beragam. Kualitas daun stevia dipengaruhi banyak faktor lingkungan seperti jenis tanah, irigasi, penyinaran dan sirkulasi udara. Selain itu juga dipengaruhi oleh gangguan bakteri dan jamur. Kualitas pemanis stevia didasarkan atas aroma, rasa, penampilan dan tingkat kemanisannya. Tidak seperti pemanis lainnya, stevia tidak memberikan rasa pahit pada akhirnya. Rahasia kemanisan stevia terletak pada molekul kompleksnya yang disebut steviosid yang merupakan glikosida tersusun dari glukosa, sophorose dan steviol.
Stevia menawarkan banyak keuntungan bagi kesehatan yang telah dibuktikan oleh lebih dari 500 penelitian, diantaranya: Tidak mempengaruhi kadar gula darah, aman bagi penderita diabetes, mencegah kerusakan gigi dengan menghambat pertumbuhan bakteri di mulut, membantu memperbaiki pencernaan dan meredakan sakit perut. Baik untuk mengatur berat badan, untuk membatasi makanan manis berkalori tinggi. Stevia juga tidak rusak pada suhu tinggi seperti sakarin atau aspartam. Steviosid tahan pada pemanasan hingga 2000C (3920 Fahrenheit), sehingga dapat digunakan pada hampir semua resep makanan.
Manfaat Stevia
Di Jepang, 5,6 persen gula yang dipasarkan adalah Stevia atau yang dikenal dengan nama Sutebia. Stevia digunakan sebagai pengganti pemanis buatan seperti Aspartam dan Sakarin. Keunggulan Stevia dari pemanis alami lainnya, adalah, mempunyai tingkat kemanisan cukup tinggi yaitu mencapai 200-300 kali dari manisnya tebu. Tanaman ini juga rendah kalori sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes dan obesitas. Dan, Stevia mempunyai sifat non-karsinogenik yaitu zat pemanis yang ada dalam stevia (steviosida dan rebaudiosida) tidak dapat difermentasikan oleh bakteri di dalam mulut sehingga stevia tidak menyebabkan gangguan pada gigi atau gigi berlubang.
Sumber:
http://inioke.com/Berita/4316-Stevia-Pemanis-Alami-Non-kalori-dan-Anti-diabetes.html#sthash.qD6t0UDS.dpuf
Raini, Mariana dan Ani Isnawati. 2011. KAJIAN: KHASIAT DAN KEAMANAN STEVIA
SEBAGAI PEMANIS PENGGANTI GULA Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 4 Tahun 2011

1 komentar: